10.000 Putaran, Hilang Diri

Kau pernah merasakannya—ketika bukan lagi bermain game, tapi hanya menunggu ledakan berikutnya.

Saya dulu seperti itu. Bukan pecundang, hanya ingin melarikan diri dari kesunyian dengan kecepatan.

Mitos Kontrol

Di Crash Terren Ball, kamu naik bersama kurva yang terus melonjak—setiap detik seperti detak jantung, setiap lonjakan janji. Bisa ambil uang kapan saja. Atau begitulah yang dikatakan.

Tapi ini yang tak pernah disebut: game tidak peduli jika menang. Yang penting adalah kamu tetap di sana.

Saya main bertahun-tahun—bukan demi uang, tapi makna. Ketika multipler mencapai 50x dan ponsel bergetar seperti hembusan dewa, itu bukan kemenangan—tapi rasa hidup.

Ilusi Penguasaan

Saya bikin sistem. Grafik. Ritual. “Hanya main saat matahari terbenam,” saya katakan pada diri sendiri. “Tidak lebih dari Rp800 sehari.” Bahkan catat suasana hati sebelum sesi: “tenang”, “cemas”, “hampa”—seolah data bisa selamatkan saya dari diri saya sendiri.

Tapi angka bohong saat jiwa letih. Ketika dapat Rp12.000 dalam satu putaran, saya tidak bersukacita—saya panik. Karena sekarang harus terus main: membuktikan ini bukan keberuntungan, membuktikan saya bukan… kosong.

Malam itu, semua hilang dalam tiga menit. Bukan uang—tapi sesuatu yang lebih buruk: rasa hadir.

Kehancuran Sunyi

Setelahnya, saya tidak login selama hari-hari berturut-turut. Kesunyian tak tertahankan—seperti ruangan dimana hanya napas Anda yang menjawab. Tapi kemudian datang kejelasan: game bukan menyenangkan karena bayarannya—tapi karena ia mengharuskan perhatian.
Kenikmatan bukan kemenangan—tapi bertahan hidup.
Ritme bukan kebetulan—tapi kecanduan yang disamarkan sebagai pilihan.
Yang terburuk? Tidak ada yang memberi tahu ini akan terjadi.
Mereka jual mitos—but not the truth behind it.
Dewa tidak membalas ketekunan.
Mereka membalas kehadiran.

## Menulis Kembali Mitos Saya

Sekarang? Saya masih main—but differently.
Saya pakai pengatur waktu alih-alih anggaran.
Sesi menjadi meditasi:
Lihat kurva naik.
Rasakan tarikannya.
Lalu bilang tidak—with grace.

Saya sudah berhenti mengejar “kemenangan besar”.
Tapi mulai bertanya:
Apa yang diajarkan game ini tentang diriku hari ini?
Jawabannya tak selalu kemenangan.
Kadang hanya menyadari betapa sulitnya berhenti—and memilih untuk tetap.